Sekarang di kesempatan kali ini, saya ingin
berbagi pengalaman tentang hal tersebut, lebih rinci dan jelas lagi. Dengan
Tema. PERBEDAAN ANTARA SHALAT DAN SEMBAHYANG. Semoga pengalaman saya ini, bisa
bermanfa’at berkah bagi sekalian sahabat-sahabat saya, sebagai tambahan
pemahaman di dalam pengalaman Spiritual Hakikat Hidup.
PENGERTIAN SHALAT :
Shalat secara bahasa berarti berdo’a. dengan kata
lain, shalat secara bahasa mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian
shalat menurut syara’ terlalu banyak, ada yang mengartikan, shalat itu adalah
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbiratul
ihram dan diakhiri dengan salam. Ada yang mengartikan, shalat itu adalah
bacaan-bacaan al-Qur’an, takbir, tasbih, dan do’a, ada yang mengartikan kalau
shalat itu merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. ADA YANG MENGARTIKAN
BAHWA SHALAT ITU ADALAH MENCEGAH PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR, ADA PULA YANG
MENGARTIKAN SEBAGAI : DOA, TIDAK KIKIR, SELALU BERSYUKUR, MENGHUBUNGKAN
(SILATURAHIM ), AGAMA, AMANAH, PERKATAAN YANG BERGUNA, MENJAGA KEMALUAN,
SHOLAWAT, BERBUAT BAIK DAN SEBAGAINYA. ISTILAH SHALAT DI DALAM AL-QUR’AN
SUNGGUH TERAMAT LUAS MAKNA DAN PENGERTIANNYA, KARENA “ KATA SHALAT “ MEMPUNYAI
KOSA KATA YANG SANGAT LUAS MAKNANYA JIKA DITINJAU DARI SEGI BAHASA ARAB MELAUI
NAHWU SOROF, BALAGHO, BAYAN, BADI’, MA’ANI DAN LAIN SEBAGAINYA. dan masih
banyak lagi Arti-arti DAN MAKNA-MAKNA lainya yang memusingkan kepaLa dan
membingungkan otak. Seperti banyaknya hadist yang harus di percayai dan di
benarkan, karena si empunya hadist adalah orang-orang yang diyakini adalah
pilihan Tuhan. Contoh hadis dari satu tokoh dibawah ini:
“(Hasbi Asy-Syidiqi, 59) mengartikan bahwa shalat
itu merupakan berhadapannya hati (jiwa) kepada Allah, dengan cara mendatangkan
takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa kebesarannya dan kesempurnaan
kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat dan keperluan kepada Allah yang kita
sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya”
Disisi lain (Hasbi Asy-Syidiqi) mengartikan lain
lagi, bahwa shalat yaitu beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah,
menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. POKOKNYA…. pusing, karena saking
banyaknya hadist dan riwayat yang mengartikan tentang Shalat yang harus kita
akui kebenaranya walaupun semuanya berbeda-beda dalam mengartikannya.
Padahal INTInya sangat sederhana alias tidak
sulit, tidak rumit, tidak kusutt tidak repot, tidak muter-muter, tidak
memusingkan lagi. Karena makna dan arti Shalat itu. Adalah… INGAT ALLAH atau
MENGINGAT ALLAH. Tidak muter-muter memusingkan kepala kan…?
PENGERTIAN SEMBAHYANG :
Sembahyang adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan
yang menghendaki hubungan dengan Tuhan, dewa, roh atau kekuatan gaib yang
dipuja, dengan melakukan kegiatan yang disengaja. Sembahyang dapat dilakukan
secara bersama-sama atau perseorangan. Dalam beberapa tradisi agama, sembahyang
dapat melibatkan nyanyian berupa hymne, tarian, pembacaan doa atau puji-pujian
dan naskah agama dengan dinyanyikan atau disenandungkan, pernyata’an formal
kredo, atau ucapan spontan dari orang yang berdoa.
Seringkali sembahyang dibedakan dengan doa, doa
lebih bersifat spontan dan personal, serta umumnya tidak bersifat ritualistik.
Meskipun demikian pada hakikatnya aktivitas ini sama, yakni sebuah bentuk
komunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Kebanyakan agama menggunakan salah
satu cara dalam melaksanakan ritual persembahyangannya. Beberapa agama
meritualkan kegiatan ini dengan menerapkan berbagai aturan seperti waktu, tata
cara, dan urutan sembahyang. Ada juga yang menerapkan aturan ketat mengenai apa
saja yang harus disediakan, misalnya benda persembahan atau sesaji, pakaian dan
tempat serta kapan ritual itu harus dilakukan. Sementara beberapa pandangan
lainnya memandang berdoa atau bersembahyang dapat dilakukan kapan saja, oleh
siapa saja.
JELASNYA TENTANG PERBEDA’AN ANATAR SHALAT DAN
SEMBAHYANG
ADALAH : Kalau SHALAT itu, INGAT ALLAH atau MENGINGAT ALLAH. Sedangkan
SEMBAHYANG itu, salah satu aturannya atau caranya INGAT ALLAH atau MENGINGAT
ALLAH.
KALAU SHALAT tidak pakai waktu dan aturan, karena
di lakukan seiring keluar masuknya napas selama 24 jam. SEDANGKAN SEMBAYANG
harus tepat waktu dan aturan yang sudah di tentukan oleh masing-masing agama.
KALAU SHALAT bisa di lakukan dalam keada’an
apapun dan dimanapun. SEDANGKAN SEMBAYANG harus di lakukan di tempat-tempat
tertentu dan dengan waktu-waktu tertentu. KALAU SHALAT lebih mengutamakan suara
hati, bahasa hati dan tidak mengharuskan raga. SEDANGKAN SEMBAYANG lebih
mengutamakan suara lisan dan gerakan raga.
SEMBAHYANG ADALAH GERAKAN TAPI SHALAT ADALAH
PERILAKU ….
Saya Ulangi sekali lagi; Kalau SHALAT itu, INGAT ALLAH atau MENGINGAT ALLAH. Sedangkan SEMBAHYANG itu, salah satu aturannya atau caranya INGAT ALLAH atau MENGINGAT ALLAH. He he he . . . Mantap
Saya Ulangi sekali lagi; Kalau SHALAT itu, INGAT ALLAH atau MENGINGAT ALLAH. Sedangkan SEMBAHYANG itu, salah satu aturannya atau caranya INGAT ALLAH atau MENGINGAT ALLAH. He he he . . . Mantap
LANJUT PUNYA CERITA: Sekarang saya ingin mengungkap
INTISARI dari Keduanya itu; HAMPIR SEMUA UMAT MUSLIM MENGETAHUI BAHWA SHALAT
ITU MENCEGAH PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR (INNASSHOLTA TANHA ANIL FAHSYAI WAL MUNKAR )
TAPI PADA KENYATAANNYA HAMPIR DISETIAP LORONG YANG saya JUMPAI, JUSTRU SEBALIKNYA, YAITU : YANG SHALAT MALAH MENGAJAK MANUSIA UNTUK BERBUAT KEJI DAN MUNGKAR…TERUTAMA KAUM HAWA ( KHUSUSNYA IBU IBU ) YANG SAMPAI SAAT INI MASIH SAJA MEMANFAATKAN MEDIA NGERUMPI DAN GHOSIB UNTUK MENJADI AJANG PERTEMUAN YANG HANGAT DAN SALING JOR JORAN UNTUK MEMBUKA AIB ORANG LAIN DENGAN PENUH KEAKRABAN. KELOMPOK WANITA YANG SATU MENG OLOK OLOK SEKELOMPOK WANITA YANG LAIN…DEMIKIAN PULA LELAKI YANG SATU MENGOLOK OLOK KELOMPOK LAKI LAKI YANG LAIN…DAN SETERUSNYA . DAN BAHKAN YANG LEBIH PARAH LAGI. SEKELOMPOK LAKI-LAKI YANG SATU MENGAJAK BEBERAPA KELOMPOK LAKI LAKI YANG LAIN UNTUK MENFITNAH. MENCEMOH. MENGHINA BAHKAN MEMBUNUH, DAN MEMBINASAKAN ORANG2 YANG TAK BERDOSA LAINNYA…
TAPI PADA KENYATAANNYA HAMPIR DISETIAP LORONG YANG saya JUMPAI, JUSTRU SEBALIKNYA, YAITU : YANG SHALAT MALAH MENGAJAK MANUSIA UNTUK BERBUAT KEJI DAN MUNGKAR…TERUTAMA KAUM HAWA ( KHUSUSNYA IBU IBU ) YANG SAMPAI SAAT INI MASIH SAJA MEMANFAATKAN MEDIA NGERUMPI DAN GHOSIB UNTUK MENJADI AJANG PERTEMUAN YANG HANGAT DAN SALING JOR JORAN UNTUK MEMBUKA AIB ORANG LAIN DENGAN PENUH KEAKRABAN. KELOMPOK WANITA YANG SATU MENG OLOK OLOK SEKELOMPOK WANITA YANG LAIN…DEMIKIAN PULA LELAKI YANG SATU MENGOLOK OLOK KELOMPOK LAKI LAKI YANG LAIN…DAN SETERUSNYA . DAN BAHKAN YANG LEBIH PARAH LAGI. SEKELOMPOK LAKI-LAKI YANG SATU MENGAJAK BEBERAPA KELOMPOK LAKI LAKI YANG LAIN UNTUK MENFITNAH. MENCEMOH. MENGHINA BAHKAN MEMBUNUH, DAN MEMBINASAKAN ORANG2 YANG TAK BERDOSA LAINNYA…
BEGITULAH PEMAHAMAN SHALAT YANG AYAT DAN DALILNYA
ADALAH MENCEGAH PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR ITU DIPERKOSA OLEH PARA BADUT –
BADUT YANG MERASA SHALAT 5 WAKTUNYA ADALAH TIKET EXCUTIV UNTUK MASUK SURGA,
PADAHAL PERBUATAN DIA SANGAT TIDAK SESUAI ( BERTENTANGAN ) DENGAN KEMAUAN ALLAH
YANG TERCANTUM DI ALQURAN BAHWA YANG DISEBUT SHALAT ITU ADALAH MENCEGAH
PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR.
029:045 “Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah adalah lebih utama. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”
049:011 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri”
[1410] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman
[1411] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
[1410] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman
[1411] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
049:012 “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu
menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang”
YANG SAYA HERANKAN…. KENAPA TOKOH TOKOH AGAMA
TIDAK PERNAH BERUSAHA UNTUK MENCARI DEVINISI SHALAT YANG SEBENARNYA MELALUI
PEDOMAN HIDUP ( AL-QURAN ) YANG TELAH ALLAH WAHYUKAN KEPADA PARA NABI. MENGAPA
SHALAT 5 WAKTU YANG JELAS-JELAS MASIH MENGGUNJING, BERPRASANGKA BURUK, DAN
BAHKAN MEMBUNUH SECARA KEJI DAN BIADAB ITU MASIH DIANGGAB SHALAT YANG KATANYA
DILAKSANAKAN OLEH PARA NABI ITU. BUKANKAH MASIH ADA PENGERTIAN DAN MAKSUD YANG
LAIN TENTANG SHALAT ITU. DISAMPING HANYA SEKEDAR TUNGKAT-TUNGKIT.
JENGKANG-JENGKING TETAPI TERNYATA MASIH KEJI DAN MUNGKAR ITU ??
JANGAN- JANGAN PARA NABI DALAM MENGAJARKAN SHALAT
ITU TIDAK SEPERTI PENGAJARAN NENEK MOYANG KITA YANG TIDAK DAPAT PETUNJUK DAN
TERSERET KE NERAKA OLEH IBLIS SYAITAN YANG TERKUTUK ITU…??! ATAU BARANG KALI
SEMUA INI TERJADI OLEH AKIBAT UMAT YANG MINIM PENGETAHUAN DAN HANYA MENGIKUTI
KATANYA PARA PENDAHULU TANPA MENGETAHUI SUMBER YANG ASLINYA…??! He he he . . . Mantap
Burr…!!!
017:036 “Janganlah sekali-kali kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hatimu, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”
ATAU BARANG KALI TIDAK HANYA MENGIKUTI KATANYA
SAJA. YANG MENJADIKAN KEBANYAKAN DARI KITA TERSESAT DAN TULI TERHADAP
PENGERTIAN SHALAT YANG SEBENARNYA, JANGAN – JANGAN BANYAKNYA BUKU IMPORT DAN
OKNUM YANG MEMUTAR-MUTAR LIDAHNYA ITU, JUGA MENJADI ANDIL KESALAH PAHAMAN
SAUDARA-SAUDARI KITA SECARA TURUN TEMURUN SAMPAI KINI HINGGA YANG AKAN DATANG
…? Waduh… payah tur parah waaa…
TENTU AKAL DAN LOGIKA YANG BERDASARKAN AL-QUR’AN
LAH YANG DAPAT MENYELAMATKAN UMAT ISLAM YANG SA’AT INI SEDANG DIRUDUNG
PERSOALAN BESAR DI TENGAH MASYARAKAT YANG KEBANYAKAN MELAKSANAKAN SHALAT 5
WAKTU NAMUN TIDAK DAPAT MENCEGAH KEJI DAN MUNGKAR ITU. CUMA YANG JADI MASALAH…
MEREKA MALU DAN GENGSI TIDAK UNTUK MEMBUKAN AL-QUR’AN DAN MEMPELAJARINYA DARI
AWAL LAGI…? AL-QUR’AN DAN AKAL YANG DIBERI RAHMATLAH YANG MAMPU MENYELAMATKAN
ANAK CUCU ADAM YANG TELAH LAMA TERSESAT DARI KATANYA DAN MEMBACA BUKU-BUKU YANG
DIKARANG OLEH MANUSIA MANUSIA YANG TIDAK BERPEMBUKTIAN DAN YANG TIDAK PULA MENDAPAT
PETUNJUK ( HIDAYAH ) LANTARAN TIDAK PERNAH LAKU KETUHANAN SENDIRI… TAUNYA TERUS
DI BUKUKAN LALU DI SYI’ARKAN….
MAKSUD DAN TUJUAN ALLAH MENJADIKAN DAN MENURUNKAN
AL-QUR’AN DENGAN BERBAHASA ARAB. ITU HANYA DAPAT DIBUKTIKAN OLEH SESEORANG,
KETIKA ORANG ITU MENGALAMI DISTORSI TERHADAP SEBUAH ISTILAH YANG BERTENTANGAN
DENGAN NALURI KEBANYAKAN ORANG PADA SAAT TERTENTU DAN DI TEMPAT-TEMPAT
TERTENTU… KARENA ITU ALLAH MENYERUKAN AGAR AL-QUR’AN YANG BERBAHASA ARAB ITU.
TIDAK HANYA SEKEDAR DIBACA SAJA, NAMUN LEBIH TAJAM LAGI HENDAKNYA DAPAT
DIPAHAMI DAN DAPAT DILAKSANAKAN HUKUM-HUKUMNYA ..
PERSOALAN PEMAHAMAN INILAH YANG DAPAT MENYEBABKAN
PERBEDAAN SUDUT PANDANG DI KALANGAN AKAR RUMPUT YANG MEMBUAHKAN PERSELISIHAN
ANTAR KELOMPOK TURUN TEMURUN HINGGA SEKARANG INI. PERBEDAAN ANTARA SHALAT DAN
SEMBAHYANG SAJA SAMPAI SAAT INI MEMPUNYAI TINGKAT KEBUNTUAN YANG SULIT UNTUK
DIMENGERTI. ADA YANG MENGATAKAN SHALAT DAN SEMBAHYANG ITU SAMA, ADA YANG
MENGATAKAN SHALAT ITU BAHASA ARAB ( KHUSUS UNTUK ORANG ISLAM ), SEDANGKAN
SEMBAHYANG ADALAH SHALATNYA ORANG DILUAR ISLAM, BAHKAN ADALAGI YANG MENGATAKAN
BAHWA SHALAT ITU ADALAH SEMUA PERBUATAN BAIK.
BAGI UMAT ISLAM SEMBAHYANG ITU WAJIB HUKUMNYA
AGAR MANUSIA TETAP INGAT UNTUK TIDAK MELAKUKAN PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR, AGAR
TETAP INGAT UNTUK TIDAK PELIT, AGAR TETAP INGAT UNTUK TIDAK MENGGUNJING, AGAR
TETAP INGAT UNTUK SELALU BERBUAT BAIK DAN BERMANFAAT BAGI MANUSIA. SEMBAHYANG
BAGI UMAT ISLAM MERUPAKAN REMAINING SISTEM YANG SELALU BERBUNYI DALAM SEHARI 5
KALI,
SEMBAHYANG ADALAH SHALAT YANG DIATUR WAKTUNYA SEMBAHYANG
ADALAH ALAT MENUJU SHALAT SEMBAHYANG ADALAH CARA MENGINGAT ALLAH DI WAKTU WAKTU
TERTENTU, DI TEMPAT TEMPAT TERTENTU, DAN MEMPUNYAI SYARAT SYARAT TERTENTU,
TAPI SHALAT ADALAH MELAKSANKAN PERINTAH YANG
DISUKAI DAN DIRIDHAI ALLAH DISETIAP SAAT TANPA MENGENAL WAKTU DAN TEMPAT (
TERMASUK MELAKSANAKAN SEMBAHYANG ITU SENDIRI ), MAKA SEMBAHYANG PUN BISA
DIARTIKAN SEBAGAI SHALAT JIKA DI JALANKAN DENGAN KHUSU’ KARENA SEMBAHYANG
SEBAGIAN KECIL DARI PADA SHALAT, AKAN TETAPI SHALAT BELUM TENTU SEMBAHYANG…BISA
BERSEDEKAH, BISA BERBUAT BAIK, BISA SILATURAHIM, BISA MENCARI NAFKAH, BISA
BERDZIKIR, BISA BERSAMADI ATAU BERMEDITA DAN LAIN SEBAGAINYA.
WAHAI SAHABAT DAN SAUDARA-SAUDARI MARI KITA
PAHAMI SHALAT KITA….DAN MARI KITA PAHAMI SEMBAHYANG KITA….JANGANLAH SEMBAHYANG
KITA DIANGGAB OLEH ALLAH SEBAGAI SIULAN DAN TEPUK TANGAN BELAKA. YANG
MENYEBABKAN AZAB BESERTA KITA…. YAITU SEMBAHYANG YANG TIDAK TAHU APA APA….SEMBAHYANG
YANG HANYA IKUT-IKUTAN KATANYA…
MASIH BANYAK ORANG SEMBAHYANG YANG MELAMUN KEMANA
-MANA….MEREKA MENGATAKAN MENGHADAP ALLAH YANG SELALU DIUCAPKAN DALAM DOA
IFTITAH, YAITU : IINI WAJJAHTU WAJHIYA LILLADHI FATOROS SAMAWATI WAL ARDHO )
SESUNGGUHNYA KU HADAPKAN WAJAHKU KEPADA TUHAN PENCIPTA LANGIT DAN BUMI…TAPI
KENYATAANNYA DI HATI KITA MASIH MENGHADAP SESUATU YANG BUKAN ALLAH, PADAHAL
MEREKA MENGUCAPKAN HUSOLLI SEBELUM TAKBIR… YAITU HUSOLLI FARDHOL MAGHRIBI
SALASA ROKAATIM MUSTAKBILAL KIBLATI….HUSALLI YANG DIUCAPKAN ADALAH MUSTAKBILAL
KIBLATI TETAPI DISAAT YANG SAMA KITA SEDANG MENGHADAP KA’BAH….KENAPA TIDAK
DIGANTI DENGAN MUSTAKBILAL KA’BAITI…
AWALNYA SAYAPUN INGIN MENDAPAT PENJELASAN YANG
SEBENAR BENARNYA MELALUI AL-QUR’AN, APA BEDANYA KIBLAT DENGAN KA’BAH…..? LALU
APA PULA BEDANYA ALLAH, KIBLAT DAN KA’BAH…? PADAHAL YANG KITA UCAPKAN DI DOA
IFTITAH ADALAH ALLAH… YANG KITA UCAPKAN DI AYAT INI, BAHWA KITA MENGHADAPKAN
DIRI KITA KEPADA TUHAN PENCIPTA LANGIT DAN BUMI DENGAN TIDAK MEMPERSEKUTUKAN
NYA…. TAPI NIAT UCAPAN KITA DI AWAL SEBELUM TAKBIR MENGATAKAN MENGHADAPKAN DIRI
KITA KE KIBLAT….SEMENTARA KENYATAAN ASLINYA KITA MENGHADAP KE BARAT ATAU KE
ARAH KA’BAH…. SEMENTARA LAGI ALLAH BERFIRMAN BAHWA APA YANG KAMU SEMBAH SELAIN
ALLAH ITU ADALAH BERHALA DAN MEMBUAT KAMU DUSTA…
LALU PERTANYAANNYA ADALAH : APA BEDANYA ALLAH
DENGAN KIBLAT… APA BEDANYA KIBLAT DENGAN KA’BAH…DAN APA BEDANYA ALLAH, KIBLAT,
KA’BAH DAN BERHALA….?
INILAH YANG MENJADI PERTANYAAN SAYA SELAMA LAKU SPIRITUAL…?
DAN ALHAMDULILLAH SAYA BERHASIL MENDAPAT JAWABAN DARI WAHYU PANCA GA’IB (KUNCI), BAHWA SEMBAHYANG ITU HARUS BERDASARKAN WAHYU….BUKAN BERDASARKAN KITAB KITAB SELAIN WAHYU…
INILAH YANG MENJADI PERTANYAAN SAYA SELAMA LAKU SPIRITUAL…?
DAN ALHAMDULILLAH SAYA BERHASIL MENDAPAT JAWABAN DARI WAHYU PANCA GA’IB (KUNCI), BAHWA SEMBAHYANG ITU HARUS BERDASARKAN WAHYU….BUKAN BERDASARKAN KITAB KITAB SELAIN WAHYU…
TERNYATA SEMBAHYANG ITU HARUS DIBIMBING
WAHYU….OLEH KARENA ITU SAYA SELALU BERUSAHA BERSAMA KUNCI DI SETIAP SEMBAHYANG
SAYA. AGAR SELALU BENAR-BENAR NYAMBUNG DENGAN ALLAH DAN MENGURANGI BAYANG
BAYANG KESYIRIKAN AGAR SUPAYA DAPAT MERASAKAN KHUSYU’ NYA TAKHIATAL
MASJID….SUBUH…DHUHUR…ASHAR…MAGRIB DAN ISYA’ TANPA MEMPERSEKUTUKAN ALLAH….LHA
ILA HA ILLALLAH…..
ASSHADU ALLA ILA HAILLALLAH, WA ASSHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAH… JIKA TIDAK. SAYA HANYA AKAN SHALAT SAJA. TIDAK AKAN SEMBAHYANG. MAKA… JANGAN HERAN JIKA BERSAMA DENGAN SAYA. MELIHAT SAYA TIDAK SEMBAHYANG. KARENA SAYA HANYA MAU SEMBAHYANG KETIKA BERSAMA KUNCI. JIKA TIDAK, SAYA MERASA RUGI DALAM SEMBAHYANG. UNTUK APA SAYA JENGANG JENGKING SEMBAYANG, JIKA TIDAK BISA NYAMBUNG DENGAN TUHAN…. BAGI SAYA, SEMBAHYANG. HUKUMNYA HARUS DAN WAJIB NYAMBUNG/BERTEMU DENGAN TUHAN.
ASSHADU ALLA ILA HAILLALLAH, WA ASSHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAH… JIKA TIDAK. SAYA HANYA AKAN SHALAT SAJA. TIDAK AKAN SEMBAHYANG. MAKA… JANGAN HERAN JIKA BERSAMA DENGAN SAYA. MELIHAT SAYA TIDAK SEMBAHYANG. KARENA SAYA HANYA MAU SEMBAHYANG KETIKA BERSAMA KUNCI. JIKA TIDAK, SAYA MERASA RUGI DALAM SEMBAHYANG. UNTUK APA SAYA JENGANG JENGKING SEMBAYANG, JIKA TIDAK BISA NYAMBUNG DENGAN TUHAN…. BAGI SAYA, SEMBAHYANG. HUKUMNYA HARUS DAN WAJIB NYAMBUNG/BERTEMU DENGAN TUHAN.
SAHABAT DAN SAUDARA-SAUDARI SEKALIAN. APAPUN YANG
SAYA TULIS/EDARKAN INI. MASIH BERUPA KONSEP…. JADI. JANGAN LANGSUNG DI CERNA.
IBARATNYA MAKANAN, JANGAN LANGSUNG DI MAKAN/DI TELAN… HARAP DAN MOHON DIKOREKSI
DAN DI RENUNGKAN SEBAIK MUNGKIN. AGAR TAMBAH MENJADI YANG TERBAIK BUAT KITA
SEMUANYA… AMIIN… HE HE HE . . . MANTAP BERKAH SELALU SAUDARA-SAUDARIKU SEMUANYA
TANPA TERKECUALI… SEMOGA POSTINGAN SAYA INI. BISA LEBIH MENGENA ke RASA dan
BERMANFAAT BAGI siapapun yang Membacanya…
MENYEMBAH ALLAH, ITU SUATU KESALAHAN :
“…………………… maka mengabdilah kepada-Ku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku”. (QS : Thaahaa,14)
Sudah menjadi Tradisi bagi setiap Umat Muslim se
Dunia bahwa setiap melaksanakan Sembahyang/Sholat, maka yang terbenak dalam
pikirannya adalah Penyembahan/Menyembah. Entah darimana Bahasa itu berasal,
tetapi yang jelas hampir semua dari seluruh Umat Muslim meyakini bahwa kita
harus menyembah kepada Allah. Sadar atau tidak sadar, jika tertanam pada diri
untuk Meyembah Allah dalam Amal Ibadah maka yang terjadi adalah pengkultusan
suatu “sosok”/”personal”. Padahal telah diketahui dan diyakini oleh Umat Muslim
bahwa Allah adalah “Laisa Kamitslihi Syai’un”/Tidak bisa dimisalkan dengan
sesuatu apapun… He he he . . . Mantap
Kata-kata “Menyembah/Penyembahan”, maka masih
bisa dimisalkan dengan seseorang yang menyembah kepada sesuatu misalnya Patung,
Pohon, Matahari, Api bla… bla… bla… dll, yang mana ada suatu “sosok” yang
berada di luar atau di depan atau di atas atau dikanan atau dikiri dari diri
Sang Penyembah. Lalu apa bedanya dengan mereka yang menyembah Patung, Pohon,
Matahari, Api bla…bla…dllnya…????. Melihat ataupun tidak melihat akan yang di
SEMBAH, tetap saja bertentangan dengan TAUHID yang sebenarnya. Karena TAUHID
itu, bukan PENYEMBAHAN melainkan SADAR akan KESADARAN ke ESA an Allah Swt… He
he he . . . Mantap
KESADARAN akan ke ESA an Allah Swt MUTLAK tidak
bisa di ganggu gugat, karena Allah Muhitum Fil ‘Aaalamiin/Allah Meliputi
sekalian Alam. Tetapi jika dimaknai dengan MENYEMBAH, maka menunjukkan bahwa
Allah itu adalah suatu “sosok” yang berada di suatu Tempat yang berada Nan jauh
disana….., ada yang meyakini bahwa Allah bersemayam di Atas Arsy yang berada di
atas langit ke tujuh, Salahkah jika dikatakan demikian… Benar dan Tidak salah.
Tetapi yang salah adalah Penafsiran dari pada Ayat tsb. Apalagi Ayat tsb
terdapat dalam Al-Qur’an, berarti itu sudah benar adanya, tetapi…jika salah
menafsirkan maka salah pula lah Keyakinan yang ada. Bahasa al-Qur’an adalah
Perkataan Allah/Suara Allah, tentunya tidak bisa di cerna dengan Akal pikir
Manusia, karena Akal pikir Manusia itu terbatas dan juga Akal itu tercipta.
Sesuatu yang tercipta itu adalah Baru dan tidak Kekal, apakah bisa sesuatu yang
baru dan tidak kekal itu mengetahui Hakikat sebenarnya dari
kata-kata/Firman/Suara Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an…???
Jika akal mencerna lalu menafsirkan hanya sebatas
kata-kata yang menurut akal pikir semata, maka Nyata SALAH lah….penafsiran yang
demikian. Sebab, Allah itu Laitsa Kamitslihi Syai’un, bagaimana mungkin bisa
dikatakan berada di suatu tempat, sedangkan Allah tidak terikat oleh Ruang dan
Waktu. Ruang dan Waktu menunjukkan Tempat, dan hanya Makhluk lah….yang berada
dan terikat oleh Ruang dan Waktu. Sedangkan Allah….., Tidak bertempat tetapi
yang memiliki dan menguasai setiap tempat serta Pengetahuan Allah meliputi
setiap Ruang dan Waktu (Tempat).
Karenanya dalam pandangan TAUHID dan TASAWUF atau
MA’RIFATULLAH, maka siapa yang menyembah Allah maka mereka berada dalam ke
kufuran, Karena telah menyamakan Allah dengan “sosok” yang berada di suatu
tempat… He he he . . . Mantap
Para Arifbillah(yang Mengenal akan Allah),
menilik kata-kata “MENYEMBAH” itu bukanlah suatu “PENYEMBAHAN” melainkan
“KESADARAN akan ke ESA an Allah Swt yang tidak bertempat tetapi memiliki dan
menguasai setiap tempat serta Pengetahuan Allah meliputi setiap Ruang dan Waktu
(Tempat)”.
Jadi……..mendirikan Sembahyang/Sholat adalah untuk
mengenal akan ALLAH MAHA BESAR (ALLAHU AKBAR) yang akan menumbuhkan kesadaran
bahwa BENAR lah….ALLAH itu ESA tiada sekutu bagi-Nya, Tidak bertempat tetapi
memiliki dan menguasai setiap tempat serta Pengetahuan-Nya meliputi tiap-tiap
sesuatu.
TENTANG PENTINGNYA MENGENAL DIRI DAN MENGENAL YANG
MAHA SUCI HIDUP:
Saudara dan Para sekalian yang di Ridhai Allah Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu….
Cara atau laku Spiritual Yang Pertama kali harus
Dipelajari oleh setiap manusia hidup itu, adalah cara dan laku spiritual
mengenal diri dan mengenal Yang Maha Suci Hidup. Setelah kedua hal ini,
berhasil di pelajari, baru mempelajari ilmu-ilmu spritual yang lainnya, dengan
begitu, ilmu hitam, ilmu jahat, ilmu murtad sekalipun yang di pelajarinya, akan
menjadi baik dan tepat serta bisa sesuai dengan Firman Yang Maha Suci Hidup.
Jika terlebih dulu, diawali dengan car dan laku spiritual mengenal diri dan
Yang Maha Suci Hidup.
Begitu juga dengan agama, yang paling awal di
pelajari itu, adalah. Fitrah diciptanya makhluk itu, tujuan, adalah untuk
mengenal diri dan Allah. Ilmu pertama yang wajib dan yang dituntut itu, adalah
ilmu tauhid atau “ilmu mengenal Allah”. Ilmu mengenal Allah ini, kan diawali
dengan mengenal diri terlebih dahulu. Sebagaimana kalimah “Awalludin makrifattullah”
(awal-awal beragama itu, mengenal Allah). Pertama mula beragama itu, bukan
syahadzaht, sembahyang, puasa, zakat atau haji, bukan. Ilmu yang mula-mula itu,
adalah mengenal Allah!. Sayangnya kebanyakkan dari kita, tidak tahu bagaimana
mencari ilmu mengenal Allah!
Saya dan Para sekalian… Yang Maha Suci Hidup itu,
Jelas, Allah itu Terang, Lebih Terang Dari Cahaya Matahari!.
Allah Ta’ala itu, terang dan teramat jelas.
Terang dan jelasnya Allah Ta’ala itu, lebih terang dan lebih jelas dari cahaya
matahari. Kenapa kita tidak melihat Allah?.
Sebab… Yang Maha Suci Hidup itu. Allah itu tidak
terpandang, terlihat, tertilik dan ternampaknya Allah itu, adalah karena adanya
sifat mata!.
Adanya sifat mata itulah, yang menyebabkan
kita-kita tidak dapat untuk menilik atau melihat Yang Maha Suci Hidup.
Memandang Allah swt. Cobalah kita buang atau hilangkan sifat mata dari diri
kita, jika ingin tahu, disitu pastinya kita akan dapat melihat, menilik dan
memandang Yang Maha Suci Hidup. Allah Ta’ala kita. Sifat mata dan sifat diri
kita sendirilah, sebenar-benar sifat yang menghijab, mendinding dan yang
menutup dari terpandang Allah Ta’ala!.
Sebab adanya sifat matalah, yang menjadikan
jauhnya keberadaan bulu mata dengan bola mata. Coba kita merenung sejenak,
jikalau tidak ada mata. Dengan tidak ada mata, tidak timbullah perkara
jarak,bukan? Bagi yang tidak bermata, sama saja jauh atau dekat, bukan!.
Timbulnya perkara jarak jauh atau dekat itu,
adalah karena adanya sifat mata kita. Karena adanya matalah, yang menyebabkan kita
tahu jarak dekat atau jauh. Artinya,,, matalah sebenar-benar sifat yang
menjarak, menghijab, menjauh dan sebenar-benar yang menutup pandangan kita
untuk bisa melihat Yang Maha Suci Hidup Allah.
Selagi ada mata, selagi itulah kita tidak akan
dapat untuk melihat Allah Ta’ala.
Karena itu,,, renungkan, jika kita tidak ada
mata, barulah Allah itu dapat kita ketahui, dilihat, dikenal dan diingat dengan
nyata.
Bilamana kita berkata atau mengaku perkataan “ada
aku”, itu akan membawa pengertian “tidak ada Allah”. Adanya Allah itu, setelah
tidak adanya diri kita!.
Selagi adanya perkataan aku, maka timbullah
dakwa’an aku gagah, aku besar dan aku kaya”. Bilamana kita menyebut perkataan
itu, artinya kita menafikan kekuatan Allah, menafi kebesaran Alah dan menafikan
kekayaan Allah.
Bilamana kita gagah, bermakna Allah itu bersifat
lemah dan bilamana kita kaya, berarti Allah miskin!.
Setelah kita lemah, barulah Allah itu gagah,
bilaman kita kecil, barulah Allah itu besar. Bilamana kita tidak ada, barulah
Allah itu benar-benar ada!.
Dengan Adanya Istilah Atau Perkataan “Aku” Untuk
menjadikan Allah itu benar-benar ada, jangan sekali-kali mengatakan perkataan
“aku ada”, bilamana kita mengaku “aku ada” berarti Allah tidak ada. Bilamana
kita mengaku “aku tidak ada”, barulah Allah itu, sebenar-benar bersifat dengan
sifatnya yang ada .
Bilamana kita mengaku kita miskin, barulah Allah
itu benar-benar bersifat dengan sifat kaya-Nya. Bilamana kita mengaku aku
lemah, barulah Allah itu benar-benar bersifat dengan sifat gagah-Nya.
Ingat… bahwa ini adalah bahasa seni makrifat’
Kenali itu, apahami itu, cernalah itu, jangan di telan mentah-mentah, karena
diatas itu, adalah bahasa yang bernilai tinggi dan dalam lingkaran Wahyu Panca
Gha’ib. Ingat Itu…!!!
Para saudara dan Para sekalian… saya akan
menggunakan ulang, bahasa seni Hidup dalam lingkaan Ilmu Ketuhanan. Maka,
perhatikan dengan paham maksudnya.
Ingat itu, artinya Belum Ingat!” Ingat itu
sesungguhnya tidak ingat”. Tahu itu sesungguhnya tidak tahu”. “Tidak ingat
itulah sebenar-benar ingat dan tidak tahu itulah sebenar tahu”. Untuk bisa
menggunakan seninya bahasa Hidup dalam lingkaan Ilmu Ketuhanan, tentunya
kita harus sudah kenal Hidup dan mengikuti Sabdanya Hidup, untuk bisa mengenal
dan mengikuti Sabdanya Hidup, saudara harus lebih mumpuni saudara harus lebih
mahir di dalam laku. Jika tidak, maka tak Kenal itu dan tak Paham itu.
Sebagai gambaran, saya ingin mengajak saudara,
supaya merenung sejenak, semasa kita pertama kali bekerja, atau semasa pertama
kali kita berpindah dari kampung ke kota, tempat dimana kita bekerja/tugas.
Dari rumah untuk pergi kerja, tentunya kita akan
bertanya arah jalan, bertanya nama-nama jalan, bertanya berapa banyak menempuh
lampu isyarat, bertanya apakah ada jalan yang kena belok kiri atau kanan dan
sebagainya.
Lama kelamaan, bilamana sudah biasa, kita tidak
lagi perlu ingat tentang tanda-tanda jalan atau tidak lagi ingat akan lampu
isyarat dan tidak lagi perlu ingat nama-nama jalan. Tahu-tahu saja, kita sudah
sampai ditempat kerja. Bukan begitu…?!
Kita bisa sampai ke tempat kerja dari rumah, atau
dari tempat kerja ke rumah, tanpa ingat jalan, tanpa ingat lampu isyarat ada
berapa, tanpa ingat belok kiri atau kanan dan tanpa ingat nama-nama jalan lagi.
Tau-tau kita sudah sampai dengan selamat!.
Didalam Laku Spiritual Hakikat Hidup. “Tidak
ingat, itulah tandanya ingat”. Dari rumah dari rumah ke tempat kerja itulah
gambarannya, tanpa lagi perlu mengira-gira nama jalan atau lorong mana. Itulah
tanda ingat. Tanda ingat itu, adalah tidak ingat! dan tanda tidak ingat, itulah
sebenar-benar ingat!.
Untuk lebih jelasnya lagi. Saya ingin bertanya
kepada saudara sekalian. Sewaktu kita menyuap nasi kemulut, apakah kita ingat
kepada tangan?. He he he . . . Mantap. Sudah paham kan, maksudnya…?!
Saya percaya saudara tidak ingat kepada tangan,
soal ada atau tidaknya tangan kita itu, kita sendiri tidak tahu dan tidak
ingat!. Tahu-tahu tangan menyuap nasi kemulut tanpa perlu ingat atau tanpa
perlu disuruh, itulah tanda sebenar-benar ingat.
Tak perlu kita menyuruh tangan menyuap nasi
kemulut, tahu-tahu nasi masuk kemulut!. Takala perut kita lapar… He he he . . .
Mantap.
Ingat kepada Yang Maha Suci Hidup Allah itu,
harusnya begitu, seharusnya seperti itu. Jika belum begitu dan seperti itu,
tidak usah banyak cerita. Tapi bila sudah begitu dan seperti itu, silahkan…
karena itu adalah haq Hidupmu atas Yang Maha Suci Hidup-mu.
Hendaknya kita sampai kepada tahap tidak ingat!. Kita
dikehendaki tidak ingat lagi kepada keberadaan diri kita. Jika tujuan kita,
adalah TITIK “AKU” “ALLAH” “RASA” “HIDUP”.
Kita dikehendaki tidak perlu lagi ingat kepada
adanya diri. Sekiranya kita masih dalam keadaan berkira-kira untuk membuang
diri, berkira-kira untuk menfanakan diri dan masih berkira-kira untuk
mebinasakan diri, itu tandanya kita itu belum sempurna mengenal diri dan
teramat jauh dari ingat kepada Allah Taala. Itu pada tahap atau peringkat masih
dalam perkiraan, insya Allah, masih dalam keadaan berkira-kira mau ingat. Mau
ingat itu, artinya belum ingat, mau ingat itu, artinya baru mau ingat, baru mau
ingat itu, bermakna belum ingat.
Ingat kepada Allah itu, hendaklah sampai kepada
tahap itu, lingkaan Ilmu Ketuhanan, harus sampai ke ranah/dimensi tersebut, tidak
ada apa-apa lagi yang harus diingat. Ingat kepada Yang Maha Suci Hidup Allah
itu, jangan sampai ada dalil, hadist bahkan firman. Ingat kepada Yang Maha Suci
Hidup Allah itu, jangan sampai ada dikeranakan dengan suatu karena. Untuk ingat
kepada Yang Maha Suci Hidup Allah itu, jangan sampai disandarkan kepada suatu
penyandar. Ingat kepada Yang Maha Suci Hidup Allah itu, tidak ada sebab dengan
suatu sebab. Yang Maha Suci Hidup Allah itu, adalah Yang Maha Suci Hidup Allah,
Yang Maha Suci Hidup Allah itu, adalah Yang Maha Suci Hidup Allah dan Yang Maha
Suci Hidup Allah itu, adalah Rasa/Suci/Hidup. HIDUP. SUCI. RASA. RASA. SUCI.
HIDUP.
Mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah Itu, Sehingga
Tidak Lagi Perlu Adanya Dalil!
Mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah itu,
hendaklah sampai kepada tahap tidak perlu lagi kepada Hadist!
Mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah itu,
hendaklah sampai kepada tahap tidak perlu lagi kepada Firman!
Tidak perlu kepada saksi atau penyaksian .
Kiranya masih perlu dalil atau hadist atau firman atau saksi dan penyaksian,
berarti belum benar-benar mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah. berarti belum
benar-benar mengetahui Yang Maha Suci Hidup Allah. berarti belum benar-benar
memahami Yang Maha Suci Hidup Allah. berarti belum benar-benar ingat, tau,
melihat, memandang Yang Maha Suci Hidup Allah.
Untuk mengenal atau untuk ingat kepada kedua Ibu
dan ayah kita, apakah perlu lagi kepada saksi atau dalil atau hadist bahkan
firman?.
Begitu juga dengan mengenal dan mengingat Yang
Maha Suci Hidup Allah. Orang yang benar-benar mengenal dan mengingat Yang Maha
Suci Hidup Allah itu, adalah orang yang tidak lagi perlu kepada dalil, hadist,
firman dan bla… bla… bla… konta bendera apapun!. Karena semuanya itu, sudah
hapal diluar kepala, jadi, tidak perlu lagi di ingat-ingat. Bukan begitu saudaraku…?!
Yang Maha Suci Hidup Allah itu, adalah Yang Maha Suci Hidup Allah. TITIK.
Saya ulangi sekali lagi. Kenali dan Pahami lagi,
untuk ingat kepada Yang Maha Suci Hidup Allah itu, sekiranya masih ada saksi,
bersaksi dan masih ada yang menyaksi, apa lagi butuh dan perlu dalil, hadist,
firman, berati itu adalah peringkat mereka yang masih berkira-kira untuk ingat.
Berkira-kira untuk ingat kepada Allah itu, adalah tanda tidak ingat dan belum
ingat!.
Masih dalam perkiraan mau ingat. Perkataan mau
ingat itu, adalah tandanya belum ingat dan tandanya tidak ingat. Sebenar-benar
ingat kepada Yang Maha Suci Hidup Allah itu, setelah tidak lagi ingat kepada
makhluk apapun. Ingat kepada Yang Maha Suci Hidup Allah itu, setelah tidak lagi
ingat kepada perkiraan, tidak lagi ingat kepada sangka-sangka dan setelah tidak
ingat lagi kepada dalil itu dan dalil ini, hadist itu dan hadist ini, firman
itu dan firman ini.
Inilah… Rahasia-Besarnya. Yang di rahasiakan oleh
Para Ahli. Para Guru atau Pembimbing. Dari semua santri/murid-nya, yang masih
cemen-cemen, masih mentah, masih suka langsung leb, tidak mau mencerna terlebih
duhulu, kecuali kepada para santri/murid yang sudah dewasa. Karena jika belum,
akan menyangka bahwasanya itu, adalah tidak masuk akal atau tidak boleh
diterima akal!. Bahkan bisa jadi, dituduh dan dikira sesat/murtad/kafir dll.
Tapi saya siap di katakan itu semua. Saya tidak
peduli, karena itulah kebenarnya yang sebenar-benar-nya benar yang saya
dapatkan, saya temui. Karena saya tau, jaman sekarang adalah jaman cerdas,
terbukti dari ada banyaknya pesanten dan sekolahan serta kampus, artinya, sudah
tidak ada lagi yang bodoh. Pasti pada bisa mikir dan berpikir. Tapi, sebelum
mengatakan itu kepada saya. Tolong baca ulang artikel pernyata’an saya diatas,
semuanya dengan sadar dan baik serta seksama hingga selesai. He he he . . . Mantap.
Para saudara sekalian… Kenali dan pahamilah apa
yang sudah saya jabarkan diatas itu, itu adalah Bahasa seni Hidup dalam
lingkaran Wahyu Panca Gha’ib, penuh sarat dengan ilmu yang tersirat, penuh
makna, penuh pengertian dan penuh terjemahan, adalah wejangan yang
sebenar-sebenar-nya wejangan.
Masih ingatkah kita dengan sejarah Wali sembilan?
Yang pernah menghebohkan tanah jawa dwipa ini… yang sudah saya jelaskan
diataslah itulah, Seni makrifat yang membawa ramai anak muridnya Syekh Siti
Jenar, sedangkan Sekh Siti Jenar nya sendiri, duduk dalam keadan asyik. Asyik
dengan Allah, setelah tidak lagi asyik kepada keberadaan diri-nya.
Yang sudah saya jelaskan diataslah itulah, yang
membuat 9 wali menghujat Syekh Siti Jenar. Karena Syekh Siti Jenar mengajarkan
wejangan itu secara masal kepada setiap Santrinya tanpa peduli latar belakan
dan status sikonnya. Sebab 9 wali menganggap, bahwa ini adalah ilmu khusus,
ilmu tingkat tertinggi yang tidak bisa di edarkan dengan asal-asalan saja,
kepada setap orang. Harus hanya orang-orang tertentu saja yang boleh
mempelajarinya.
Para saudara saya
sekalian… Mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah Itu, Akan Tercapai Setelah Tidak
Adanya Diri!
Mari kita sama-sama melihat ungkapan bahasa Seni
Hidup yang saya peroleh di dalam lingkaan Ilmu Ketuhanan.
Kenali melalui katanya, selagi kita masih
mengakui “adanya diri”, karena selagi itulah sifat “adanya Allah itu” tidak
akan dapat kita lihat. Bilamana kita mengadakan sifat adanya diri, berarti kita
telah menafikan sifat adanya Yang Maha Suci Hidup Allah.
Kita tidak bisa untuk mengadakan (mewujudkan)
atau menggabungkan serentak antara kedua-dua sifat makhluk dengan sifat Allah!.
Sifat ada atau sifat wujud itu, adalah sifat hanya bagi Allah. Sifat bagi
makhluk itu, adalah tidak ada (tidak wujud).
Sekiranya kita itu bersifat ada atau kita itu
bersifat wujud, berarti kita telah mengadakan dua sifat wujud (dua sifat ada).
Berarti kita telah menduakan sifat Yang Maha Suci Hidup Allah, yaitu, satunya
wujud bagi Allah dan satu lagi wujud bagi diri makhluk, maknanya disini, kita
telah mengadakan dua sifat wujud. Sedangkan sifat wujud itu, hanya hak bagi Yang
Maha Suci Hidup Allah dan bukannya hak bagi makhluk. Bagi yang menduakan sifat Yang
Maha Suci Hidup Allah, hukumnya adalah syirik. Syirik itu, adalah dosa besar
yang tidak boleh diampun Yang Maha Suci Hidup Allah. Untuk itu, jangan
sekali=kali mengadakan dua sifat wujud (dua sifat ada). yang wujud dan yang
bersifat ada itu, adalah hanya bagi Yang Maha Suci Hidup Allah, hanya bagi Yang
Maha Suci Hidup Allah dan hanya bagi Yang Maha Suci Hidup Allah!. TITIK.
Bagi semua yang sedang belajar hal ini, harusnya
tahu, yang bahwasanya sifat “ada” itu adalah hanya sifat bagi Yang Maha Suci
Hidup Allah!. Sedangkan sifat bagi kita itu, adalah tidak ada!.
Bilamana kita tidak ada sifat, Terus,,, apa lagi
yang hendak kita perkira-kirakan dalam soal ingat kepada Yang Maha Suci Hidup
Allah!.
Setelah sekalian makhluk bersifat tidak ada,
bermakna yang ada itu,
adalah hanya Yang Maha Suci Hidup Allah. Sekiranya yang ada dan yang wujud itu hanya Yang Maha Suci Hidup Allah. Lalu,,, buat apa lagi ingat kepada selain Yang Maha Suci Hidup Allah!.
adalah hanya Yang Maha Suci Hidup Allah. Sekiranya yang ada dan yang wujud itu hanya Yang Maha Suci Hidup Allah. Lalu,,, buat apa lagi ingat kepada selain Yang Maha Suci Hidup Allah!.
Jangan Bandingkan “Ada Yang Maha Suci Hidup Allah
Dengan Adanya Diri” Permasalahan yang timbul kepada kebanyakkan dari kita
sekarang itu, adalah permasalahan dimana kita tidak boleh untuk membuang adanya
kita!.
Kebanyakkan dari kita sekarang, susah dan payah
untuk membuang sifat keakuan dan ramai, masih kuat berpegang kepada perkiraan
yang sifat diri sebagai makhluk itu masih ada dan masih wujud.
Kiranya Yang Maha Suci Hidup Allah, bersifat ada
dan diri kitapun juga bersifat ada, bermakna kita telah mengadakan dua sifat
wujud (mengadakan dua sifat ada). Barang siapa yang mewujudkan dua wujud atau
barang siapa yang mengadakan dua sifat ada, bermakna kita telah syirik dengan Yang
Maha Suci Hidup Allah, kerana telah mengadakan dua sifat Yang Maha Suci Hidup
Allah. Bilamana kita bersifat ada dan Yang Maha Suci Hidup Allah juga bersifat
ada. Lalu,,, yang mana yang benar-benar bersifat ada?.
Ada itu sifat kita kah atau sifat Allah kah?. Setahu
saya pribadi, yang bersifat ada dan yang bersifat wujud itu, adalah hanya Yang
Maha Suci Hidup Allah. Sifat kita sebagai makhluk itu, adalah sifat yang
berlawanan daripada sifat Yang Maha Suci Hidup Allah. Bilamana Yang Maha Suci
Hidup Allah bersifat ada, kita adalah bersifat tidak ada. Bilamana tidak adanya
sifat kita, barulah Yang Maha Suci Hidup Allah itu benar-benar ada dan dapat
lihat, di pandang serta diingat.
Kalau kita ada dan Yang Maha Suci Hidup Allah-pun
ada, itulah yang menjadikan kita lupa untuk ingat nahkan buta kepada Yang Maha
Suci Hidup Allah.
Apabila lupa dan buta kepada Yang Maha Suci Hidup
Allah, tentunya yang kita ingat itu adalah adanya keberadaan diri, bilamana
kita ingat kepada diri dan tidak ingat kepada adanya Yang Maha Suci Hidup
Allah, itulah yang dikatakan syirik (menduakan sifat Yang Maha Suci Hidup
Allah, berarti, kita telah menduakan Yang Maha Suci Hidup Allah). Coba saja
dipikir dengan logika, katanya sekarang jamannya jaman logika, bukan jaman
tahayul. Itu tadi logikanya. Jadi, silahkan dipikir, jangan di khayal atau di
bayangkan ya… karena Khayal dan bayang membayangkan itulah, tahayul yang
sebenarnya. He he he . . . Mantap.
Itulah yang dikatakan syirik. Dosa syirik itu,
adalah dosa yang tidak akan dapat diampuni oleh Yang Maha Suci Hidup Allah Ta’ala.Untuk mengelak dari dosa syirik dan untuk
menjadikan diri mengenal diri, marilah kita sama-sama belajar, saya akan mengajak
Para saudara menghayati bahasa seni berupa kata-kata dari lidah yang Hidup di
dalam lingkaan Ilmu Ketuhanan. Maka… Kenalilah. Pahamilah, yang saya
tulisankan melalui ungkapan kata dalam bentuk tulisan ini.
Mari kita mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah dan
mengenal diri melalui kaedah lima, berikut ini.
Menurut saya pribadi, sesungguhnya. Ilmu Makrifat
Itu, Adalah Ilmu Yang Paling Rendah Dan Mudah!
Ilmu mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah itu,
sesungguhnya adalah suatu ilmu yang paling mudah, paling senang, paling ringan,
paling lembut, paling halus dan paling tipis. Ringan, halus dan nipisnya ilmu
mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah itu, seumpama ringannya kita menganggkat
sebilah pisau cukur. Ringannya menganggkat sebilah pisau cukur itu, tidak
seumpama beratnya menganggap segoni/sekarung beras.
Biarpun pisau cukur itu tipis dan ringan,
hendaklah ia dianggkat dengan cermat, berhati-hati dan penuh lemah lembut.
Karena jika tidak, akan melukai jari-jari kita. Menganggkat pisau cukur itu,
tidak sebagaimana mengangkat sekarung beras, yang boleh diambil dengan kasar
dan dicampakan dengan kasar pula.
Ringan dan tipisnya ilmu mengenal Yang Maha Suci
Hidup Allah (makrifat) itu, terlebih ringan dan terlebih tipis dari pisau
cukur. Oleh karena itu, hendaklah dituntut dengan cermat dan berhati-hati. Jika
tidak berhati-hati, ia akan melukai tangan kita sendiri!.
Dikeranakan benda yang ringan dan tipis itu mudah
terluka, makanya ramai berdebat dikalangan kita, alasan sesungguhnya, adalah
merasa takut dan tidak sudi memilikinya!.
Ilmu mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah atau
ilmu makrifat itu, adalah suatu ilmu yang terang, nyata dan suatu ilmu yang
paling jelas, dibandingkan Semua ilmu-ilmu yang ada di dunia ini. Bagaimana
tidak, mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah. Tidak harus bertapa, tirakat,
wirid, puasa, ritual tumpeng, kemenyan, minyak apel jin atau apa itu, aple hantu
kali… He he he . . . Mantap. Cukup duduk bersila, Diam mencari Rasa enak.
Setelah berhasil mendapatkan Rasa Enak. Lalu nikmati sambil mencari hakikatnya,
di temukan atau tidak ditemukan, jika capek, istirahatlah, dengan cara santai
lagi, sebagai penutup akhirnya. Gampang kan? Mudah kan? Ringan kan?
Para saudara saya sekalian… Yang Maha Suci Hidup
Allah itu terang, Yang Maha Suci Hidup Allah itu nyata dan Yang Maha Suci Hidup
Allah itu jelas, lebih terang, lebih nyata dan lebih jelas daripada cahaya
matahari. Terangnya cahaya matahari, itu lebih terang lagi Yang Maha Suci Hidup
Allah. jelasnya cahaya matahari, itu lebih jelas lagi Yang Maha Suci Hidup!.
Kenapa tidak kita melihat dan memandangnya? He he
he . . . Mantap.
Saudara-Saudariku dan para sekalian, yang dirahmati Allah Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu sekalian, untuk dapat merasakan Hidup, saya ingin Anda sekalian, berhenti seketika dari membaca artikel saya ini sejenak, dan hendaklah memegang atau meraba bulu mata Anda.
Saudara-Saudariku dan para sekalian, yang dirahmati Allah Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu sekalian, untuk dapat merasakan Hidup, saya ingin Anda sekalian, berhenti seketika dari membaca artikel saya ini sejenak, dan hendaklah memegang atau meraba bulu mata Anda.
Sesudah meraba bulu mata, saya ajukan satu
pertanyaan. Dengan pamrih, agar saudara dapat menjawabnya dengan jujur.
Pertanyaan saya adalah; apakah kedudukkan bola
mata dengan bulu mata itu jauh?.
Kiranya jawaban saudara saya, pasti menjawab
dekat, bukan?
Itulah tandanya Yang Maha Suci Hidup Allah itu,
lebih hampir dan lebih dekat dari bulu mata kita sendiri.
Dan saya tidak akan menyuruh saudara, memegang
bola mata, nanti sakit, cukuplah dengan kiasan memegang bulu mata saja. Namun
sesungguhnya Yang Maha Suci Hidup Allah itu, lebih hampir daripada bola mata
putih dengan mata hitam. Yang Maha Suci Hidup Allah itu, hampir, hampirnya Yang
Maha Suci Hidup Allah itu, lebih hampir dari urat leher. Kenapa tidak kita
lihat, kenapa tidak kita pandang dan kenapa tidak kita tilik?.
Diantara sebab tidak bisa ditilik, dilihat atau
dipandangnya Yang Maha Suci Hidup Allah itu, adalah karena Yang Maha Suci Hidup
Allah itu, terlampau hampir dan teramat dekat. Dikarenakan terlampau hampir dan
terlampau dekatnya Yang Maha Suci Hidup Allah itu, sehingga kita “terlepas
pandang” .
Memandangkan ilmu mengenal Yang Maha Suci Hidup
Allah itu, senang, ringkas, mudah, ringan, nyata, terang, halus dan jelas, tapi
kenapa kita tidak mengenal Yang Maha Suci Hidup Allah?.
yang senantiasa di Ridhoi ALLAH Azza wa Jalla
Jalla Jalaluhu. Pamrih saya berharap POSTINGAN SAYA KALI INI. Dapat Bermanfaat
untuk semua saudara sekalian tanpa terkecuali yang belum mengetahui ini dan
Bisa Menggugah Rasa Hidup nya siapapun yang membacanya.
Nabiyullah sebelum mengajar sholat dan ibadah2 islami lainnya, YANG PERTAMA DIRISALAHKAN OLEH ROSULULLAH ADALAH "JUJUR"... Anda tidak mungkin mendapat KEBENARAN (Al-Haq) tanpa menjadi Orang yang JUJUR (Al-Amin), tapa kejujuran yang muncul hanyalah PEMBENARAN...
BalasHapusSilahkan PAHAMI/IQRO/KAJI DENGAN JUJUR DAN SABAR AYAT BERIKUT ini:
فَإِذَا قَضَيۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمۡۚ فَإِذَا ٱطۡمَأۡنَنتُمۡ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَۚ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَٰبٗا مَّوۡقُوتٗا
(Bahasa Indonesia)
Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan SHOLAT, ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka DIRIKANLAH SHOLAT. Sungguh, SHOLAT itu adalah kewajiban yang DITENTUKAN WAKTUNYA atas orang-orang yang beriman.
-Surat An-Nisa', Ayat 103
Di ayat tersebut JELAS BERBEDA antara SHOLAT dengan MENDIRIKAN SHOLAT...
Di ayat tersebut JELAS bahwa SHOLAT itu KEWAJIBAN yang DITENTUKAN WAKTUNYA, seperti SEMBAHYANG tetapi yang disembah adalah Allah dengan mengikuti jalan/cara/Thoriq/syari'at/fiqih yang telah DIRISALAHKAN oleh ROSULULLOH...
Di ayat tersebut JELAS bahwa MENDIRIKAN SHOLAT ini lah yang dilakukan setiap SEPANJANG WAKTU DI LUAR SHOLAT, ini lah yang dimaksud perilaku dan perbuatan mengingat/dzikir (nafas, ucap, laku, dsb), menjauhi kemungkaran, menjauhi perbuatan keji, dst... Istilah MENDIRIKAN SHOLAT ini juga yang dikenal dengan istilah "BEKAS SUJUD" pada ayat lainnya, atau dikenal juga dengan istilah "SHOLAT WUSHTA" pada ayat yang lainnya lagi...
Ingat kebenaran hanya akan Anda dapatkan denga AQAL SEHAT dan KEJUJURAN HATI NURANI, bukan dengan ego atas keyakinan yang sudah Anda yakini benar menurut Anda, bukan fanatik pada guru/imam manusia, bukan fanatik pada kitab buatan manusia, tetapi JUJUR lah dan gunakan Aqal sehat yang sudah Aqil Baligh...
Alhamdullillah,,nambah ilmu
Hapus